Selasa, 18 Desember 2007

PUISI

CITA-CITAKU
Karya: Apendi Mansur


Ketika mataku ingin terpejam
Bangun lebih pagi adalah cita-citaku

Ketika aku mendengar ratapan sendu
Sang penghibur adalah cita-citaku

Ketika pikiran-pikiran tertutup kegelapan
Menjadi cahaya adalah cita-citaku

Jika teman seperjalananku berjiwa lesu
Singa Tuhan adalah cita-citaku

Bila aku sakit, cita-citaku tidak akan sakit
Bila aku diserang bencana, cita-citaku
tidak akan terserang bencana

Aku akan tegarkan hati setegar menara menantang prahara
Aku akan berdiri laksana prajurit gagah perkasa
menghadapi musuh dan menantang peluru

Jika aku menang, aku adalah singa
Jika aku mati, aku menjadi syuhada.

Senin, 17 Desember 2007

PUISI

BELAJARLAH !

Karya: Apendi Mansur


Belajarlah ...
Kepada padi yang semakin berisi semakin merunduk

Kepada kuda yang mengangkat kaki saat anaknya menyusu
Kepada laut yang banyak memberi tapi jarang menerima
Kepada bulan yang selalu berkata bahwa hari tak selamanya siang

Belajarlah ...
Kepada nafsumu yang pantang menyerah
Kepada neraka yang selalu tidak puas
Kepada waktu yang tak pernah menunggu
Kepada langit yang selalu meluas

'Ke dalam kafan kan kuselipkan pena dan buku
Agar di dalam kubur aku tetap menuntut ilmu
Kepada Tuhan, Maha Guru semesta alam'.




Minggu, 16 Desember 2007

KISAH PENUH HIKMAH

BIASA SAJA

Suatu hari, Rabi'ah melintas di depan rumah Hasan al Bashri. Kepala Hasan menjulur keluar jendela, ia sedang menangis, dan air matanya pun jatuh menetes ke pakaian Rabi'ah. Rabi'ah melihat ke atas, awalnya ia mengira air itu adalah air hujan; kemudian, setelah menyadari bahwa air itu adalah air mata Hasan, Rabi'ah pun menyapanya, "Guru, tangisan ini adalah suatu pertanda kelemahan rohani. Peliharalah air matamu, agar lautan bergelora di dalam dirimu, yang di dalamnya, hati tak akan luput dari pemeliharaan Raja Yang Maha Kuasa. " Kata-kata ini membuat Hasan tertekan, tetapi ia tetap tenang.

Kemudian, suatu hari, Hasan melihat Rabi'ah di dekat danau. Sambil menghamparkan sajadahnya di atas air, Hasan memanggil, "Rabiah, kemarilah! Mari kita salat dua rakaat disini! "Hasan," sahut Rabi'ah, "kalau engkau ingin memamerkan kemampuan spiritualmu di pasar ini, pamerkanlah hal-hal yang tidak bisa ditiru manusia lain." Rabi'ah pun melemparkan sajadahnya ke udara dan terbang di atasnya. "Naiklah kemari, Hasan, agar orang-orang dapat melihat kita!" pekik Rabi'ah. Hasan, yang belum sampai ke stasiun (maqam) itu, diam saja. Rabi'ah berusaha menghiburnya. "Hasan," katanya, "apa yang engkau lakukan juga dapat dilakukan ikan, dan apa yang kulakukan juga dapat dilakukan lalat. Keduanya bukanlah hal yang hakiki. Manusia harus mengurusi apa yang hakiki." (Sumber: www.sufinews.com)