Minggu, 16 Desember 2007

KISAH PENUH HIKMAH

BIASA SAJA

Suatu hari, Rabi'ah melintas di depan rumah Hasan al Bashri. Kepala Hasan menjulur keluar jendela, ia sedang menangis, dan air matanya pun jatuh menetes ke pakaian Rabi'ah. Rabi'ah melihat ke atas, awalnya ia mengira air itu adalah air hujan; kemudian, setelah menyadari bahwa air itu adalah air mata Hasan, Rabi'ah pun menyapanya, "Guru, tangisan ini adalah suatu pertanda kelemahan rohani. Peliharalah air matamu, agar lautan bergelora di dalam dirimu, yang di dalamnya, hati tak akan luput dari pemeliharaan Raja Yang Maha Kuasa. " Kata-kata ini membuat Hasan tertekan, tetapi ia tetap tenang.

Kemudian, suatu hari, Hasan melihat Rabi'ah di dekat danau. Sambil menghamparkan sajadahnya di atas air, Hasan memanggil, "Rabiah, kemarilah! Mari kita salat dua rakaat disini! "Hasan," sahut Rabi'ah, "kalau engkau ingin memamerkan kemampuan spiritualmu di pasar ini, pamerkanlah hal-hal yang tidak bisa ditiru manusia lain." Rabi'ah pun melemparkan sajadahnya ke udara dan terbang di atasnya. "Naiklah kemari, Hasan, agar orang-orang dapat melihat kita!" pekik Rabi'ah. Hasan, yang belum sampai ke stasiun (maqam) itu, diam saja. Rabi'ah berusaha menghiburnya. "Hasan," katanya, "apa yang engkau lakukan juga dapat dilakukan ikan, dan apa yang kulakukan juga dapat dilakukan lalat. Keduanya bukanlah hal yang hakiki. Manusia harus mengurusi apa yang hakiki." (Sumber: www.sufinews.com)

Tidak ada komentar: